Asus Zenpad Z170CG - 1GB - 8GB - 7 Inch

Asus Zenpad Z170CG - 1GB - 8GB - 7 Inch
Rp 1.249.000

SONY PLAYSTATION 4 (PS4) 500GB

SONY PLAYSTATION 4 (PS4) 500GB
Rp 4.675.000 - 5.500.000
Yoins.com INT

Sabtu, 25 Oktober 2014

macam-macam/jenis-jenis penyakit aneh dan langkah

10 Jenis Penyakit Paling Aneh dan Langka Yang Sangat Mengerikan di Dunia

10 Jenis Penyakit Paling Aneh dan Langka Yang Sangat Mengerikan di Dunia
Paling Woow — Disaat mendengar kata penyakit kulit, bisa jadi yang akan terbayang di pikiran kita adalah penyakit seperti panu, kutu air atau kadas. Akan tetapi tahukah kalian bahwa ada kelainan kulit yang jauh lebih mengerikan dari penyakit-penyakit tersebut.

Seperti di ulas pada situs Heavy, ternyata di dunia ini ada sejumlah penyakit kulit mengerikan yang celakanya tak banyak diketahui orang. Alhasil, penderitanya lebih sering dikucilkan lantaran dianggap sebagai manusia yang dikutuk atau bahkan membawa sial.

Seperti apa sih fenomena penyakit kulit mengerikan yang dimaksud? Lantas apa pula penyebabnya? Penasaran, langsung saja simak ulasan berikut dan bersiaplah bergidik ngeri!

1. Blaschko's Lines
Blaschko's Lines
Para penderita penyakit ini akan mengalami garis-garis aneh di sekujur tubuh, dan tak bisa dihilangkan. Biasanya garis-garis itu akan muncul di perut, dada dan leher. Namun sayangnya, penyakit ini belum ada obatnya.

2. Kulit Super Kering
Bayi aneh di dunia
Ada penyakit kulit yang namanya Ichthyosis, di mana penderita memiliki kulit yang benar-benar kering. Akibatnya, kulit mudah pecah dan luka-luka. Dalam kondisi yang sangat parah, penyakit ini juga bisa menyebabkan kematian. Hati-hati dengan kulit kering! Foto selanjutnya cek disini. Bahkan ada yang lebih menyeramkan lagi, cek disini.

3. Porphyrias
Porphyrias
Porphyras adalah penyakit yang membuat penderitanya tamapak seperti mengalami luka-luka dan kadang disertai bengkak. Penyakit ini adalah penhakit keturunan, dan ada kaitannya dengan sel darah merah.

4. Kulit Super Sensitif
Kulit Super Sensitif
Mereka yang menderita Dermatografia akan memiliki kulit super sensitif dan dengan mudah timbul bengkak saat tergores sesuatu. Saking sensitifnya, kalian akan dapat membuat tulisan timbul pada permukaan kulit penderita. Walau tulisan itu bisa hilang dengan sendirinya, namun penyakit ini tetap saja mengerikan.

5. Tungiasis
Tungiasis
Penderita tungiasis akan mengalami kondisi yang sangat mengerikan. Akibat gigitan kutu bernama Tunga penetran betina, penderita akan mengalami luka, yang akhirnya menyebar dan membuat kulit membusuk. Segera lakukan tindakan jika terserang penyakit ini, atau kondisi lebih buruk akan datang pada kalian.

6. Manusia Benjol
Kelainan penyakit bernama Neurofibromatosis memang terjadi di mana-mana termasuk di Indonesia. Jika terserang penyakit ini, tubuh penderita akan dipenuhi benjolan di sekujur tubuh. Dalam kondisi parah, wajah penderita takkan berbentuk lagi, dan disertai dengan kebutaan, dan kecacatan fisik lainnya. Penyakit ini terjadi karena mutasi genetik dan bisa diturunkan pada anak cucu. Foto nya terlalu seram, silahkan klik disini untuk melihatnya.

7. Penyakit Michael Jackson
Penyakit Michael Jackson
Memang ada alasan kenapa penyakit ini diidentikkan dengan Michael Jackson. Mendiang adalah orang kulit hitam yang melakukan bleaching sehingga kulitnya jadi putih. Namun penderita Vitiligo jelas orang yang berbeda dengan Michael. Pasalnya, bercak-bercak putih di kultnya sama sekali tidak merata dan terlihat menakutkan.

8. Kulit Perak
Kulit Perak
Penyakit bernama Argyria membuat kulit penderitanya menjadi biru, dan kadang berkilauan. Penyebabnya tak lain adalah karena terlalu banyaknya paparan perak yang dialami seseorang. Perak dengan mudah larut dalam asam lambung dan menyebar ke sel-sel tubuh, yang dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit ini.

9. Sindrom Manusia Serigala
Sindrom Manusia Serigala
Sindrom manusia serigala, atau juga dikenal dengan hypertrichosis, adalah kondisi di mana seseorang mengalami pertumbuhan rambut yang berlebihan. Alhasil, sekujur tubuh penderita bisa ditumbuhi rmbut lebar layaknya hewan. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita harus melakukan penyinaran laser rutin agar rambut rontok.

10. Manusia Pohon
Manusia Pohon
Manusia Pohon adalah sebutan untuk seorang warga negara Indonesia yang bernama Dede Koswara. Dia mengalami penyakit Epidermodysplasia Verruciformis yang membuat kulitnya mengeras seperti kulit pohon. Penyakit ini disebabkan oleh virus HPV yang berkembang biak secara ekstrim pada tubuh seseorang.

11. Punggung Bambu

Read more: http://www.palingwoow.com/2013/11/10-jenis-penyakit-paling-aneh-dan.html#ixzz3HANQd6BF
thumbnail
10 Jenis Penyakit Paling Aneh dan Langka Yang Sangat Mengerikan di Dunia Paling Woow — Disaat mendengar kata penyakit kulit, bisa jad...

jenis-jenis/macam-macam penyakit lansia/orang tua

10 jenis Penyakit yang Rentan Menyerang lansia

Sunrev - untuk sebagian besar orang, usia senja atau tua merupakan sebuah momok tersendiri. Karena ketika menginjak usia ini, kemampuan tubuh untuk melakukan regenerasi sel semakin berkurang. Akibat dari itu, tubuh menjadi lebih rentan terkena masalah-masalah kesehatan terkait usia tua.
   Untuk menghadapi masalah-masalah kesehatan itu, perlu dilakukan persiapan semenjak saat ini. Upaya itu dilakukan karena fakta bahwa saat tua, tak hanya masalah kesehatan fisik saja yang bisa mendera, tapi juga tekanan mental dan kecemasan akibat masalah sosial.
beberapa studi yang dilakukan untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang dapat mendera kaum lansia.
    Dengan mengetahui masalah kesehatan yang umumnya dialami oleh para lansia, kita menjadi lebih siap di kemudian hari ketika usia semakin lanjut.
Anda juga bisa mengatur pola hidup semenjak saat ini sehingga masalah kesehatan di kemudian hari bisa diminimalisasi.
   Perencanaan dan persiapan kesehatan yang baik bisa mengarahkan pada masa tua yang indah dan menyenangkan.
   Seperti dilansir Boldsky, Selasa (21/1/2014). Dengan persiapan yang baik, berbagai masalah kesehatan lansia bisa lebih mudah diatasi sehingga perawatan kesehatan menjadi lebih mudah.
   Berikut ini beberapa masalah kesehatan yang biasa di alami lansia  yang perlu anda diketahui. Dengan waspada terhadap gejala-gejala penyakit ini, Anda bisa memeroleh kesehatan optimal bahkan dalam masa-masa senja.
Degenerasi/kerusakan penglihatan
    Kerusakan penglihatan adalah salah satu masalah kesehatan paling umum yang mendera orang tua. Pada kasus degenerasi makula, terjadi kerusakan pada makula mata. Padahal makula berperan penting untuk menangkap dan mengirimkan gambar ke otak. Kondisi medis ini biasanya ditemukan pada lansia di atas 50 tahun.
Osteoporosis
    Osteoporosis adalah salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh para lansia. Osteopororsis terjadi ketika tulang menjadi sangat rapuh karena kepadatannya berkurang.
   Seiring dengan menurunnya kepadatan tulang, risiko patah tulang akan semakin besar. Dan tahukah anda? Bahwa risiko osteoporosis lebih besar pada wanita yang telah mengalami menopause.
Glaukoma
    Glaukoma adalah satu dari masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh para lansia. Glaukoma disebabkan karena peningkatan tekanan zat cair di dalam bola mata. Peningkatan tekanan itu menyebabkan kerusakan saraf optik dan pada akhirnya dapatcmengakibatkan kebutaan.
Hilangnya pendengaran
   Gangguan pendengaran merupakan masalah penting yang banyak dialami oleh para lansia. Bentuk paling umum dari gangguan pendengaran yang disebabkan usia tua adalah presbikusis. Untuk mengatasi gangguan penengaran, lansia membutuhkan alat bantu dengar. Karena kemampuan mereka untuk mendengar suara berfrekuensi tinggi semakin lemah dari waktu ke waktu.
Gangguan kognitif
   Gangguan kognitif akan menyebabkan hilangnya memori. Selain itu, kemampuan menghubungan satu hal dengan hal lain dan kemampuan berhitung akan semakin berkurang dari hari ke hari.
   Orang yang terkena gangguan kognitif akan kebingungan jika melakukan lebih dari satu tugas.
Alzheimer
      Alzheimer adalah salah satu masalah serius yang dihadapi para lansia. Jika sekali terkena Alzheimer, kemampuan mengingat dan berpikir akan rusak. Gejala awal Alzheimer adalah kesulitan mengingat.
Artritis
   Artritis adalah kondisi umum yang dialami hampir semua lansia. Artritis ditandai dengan nyeri sendi dan kelainan bentuk. Umumnya artritis menyerang jari, pinggul, lutut, pergelangan tangan, dan tulang belakang.
Mengompol
     Mengompol adalah salah satu masalah kesehatan yang cukup mengesalkan pada lansia. Biasanya wanita lebih rentan terkena kondisi ini karena kekuatan otot panggul mereka semakin berkurang. Tidak hanya wanita, pria pun rentan terkena kondisi ini bila menginjak lansia. Kondisi sering mengompol ini terutama terjadi pada pria yang mengalami pembesaran prostat.
Sindrom terkait metabolisme tubuh
     Obesitas dan isu lain yang mendera lansia pada umumnya disebabkan karena masalah metabolisme tubuh. Tidak hanya masalah itu, para lansia bisa terkena diabetes tipe 2, penyakit jantung, kanker, dan tekanan darah tinggi akibat sindrom metabolisme.
Gangguan emosional
    Masalah kesehatan pada orang tua tidak hanya terbatas pada fisik, tetapi juga pada kesehatan mental. Karena berbagai aspek sosial, lansia bisa mengalami gangguan kesehatan mental. Jika gangguan emosional terjadi, baik diri sendiri maupun keluarga tentu bisa merasa tidak nyaman. Untuk menghindari gangguan emosional, pastikan untuk selalu membagi atau mendiskusikan masalah dengan keluarga atau sahabat terdekat. Mereka akan memberi dorongan atau bantuan sehingga gangguan emosional tidak akan terjadi.

sumber:  http://sunrev.blogspot.com/2014/01/10-jenis-penyakit-yang-rentan-menyerang.html
thumbnail
10 jenis Penyakit yang Rentan Menyerang lansia Sunrev - untuk sebagian besar orang, usia senja atau tua merupakan sebuah momok t...

jenis-jenis/macam-macam penyakit tulang

Kenali Jenis-Jenis Penyakit pada Tulang

     
   

Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat. Atau bisa juga dikatakan tulang atau kerangka adalah penopang tubuh vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur.
Perlu kita ketahui bahwa penyakit tulang banyak sekali macamnya oleh karena itu apabila anda mengalaminya segera periksakan ke dokter sebab jika terlambat akan berakibat fatal. Berikut ini macam-macam penyakit tulang:
1. Kaki Bengkok
Kaki yang bengkok terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan tulang pada pusat lutut atau karena tulang itu rapuh. Bisa juga terjadi karena penyakit beri-beri, polio, bahkan lumpuh otak. Berat badan dan kebiasaan duduk di lantai dengan melipat kaki juga dapat membuat kaki menjadi bengkok.
Kaki bengkok yang terjadi pada usia dewasa mungkin disebabkan oleh radang sumsum tulang, patah tulang, tulang sendi yang memburuk, atau penyakit sifilis tulang. Penyakit tulang seperti ini tidak dapat diobati sendiri di rumah namun harus segera ditangani oleh tenaga medis.
2. Pembengkakan Ibu Jari (Bunions)
Bunions adalah pembengkakan pada jaringan sendi ibu jari kaki yang menjadi lunak dan sangat sakit. Penyakit ini biasanya menyerang kedua ibu jari kaki pada saat yang bersamaan.
Pembengkakan ibu jari kaki ini terjadi sebagai akibat penggunaan sepatu yang tidak cocok, berujung lancip, atau kesempitan. Sepatu yang sempit itu memaksa dan menekan jari-jari kaki. Tulang sendi jadi menonjol dan lebih mudah mendapat tekanan.
3. Calcaneal Spur (Sakit pada Tumit)
Sakit pada tumit ini terjadi akibat ketegangan yang berlebihan karena memikul beban berat. Akibatnya, timbul tonjolan tulang seperti taji di bawah tulang tumit.
Merendam kaki yang sakit di dalam air panas dan mengurutnya satu dua kali sehari dapat membantu melancarkan peredaran darah di kaki dan mengurangi rasa sakit. Jika sakit di tumit ini terasa terus mengganggu, sebaiknya segera berobat ke dokter.
4. Hidroxiapatite atau yang lebih dikenal dengan penyakit tulang akibat penumpukan calcium piropospat (sejenis kalsium tubuh)
5. Osteoarthritis, penyakit ini sebagian besar terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini merupakan arthritis yang tidak menimbulkan peradangan pada sendi. Biasanya penyakit ini menyerang sendi pada lengan, pergelangan lutut, kaki, bahu dan pinggul penyakit ini adalah nama lain dari rematik.
6. Penyakit Pirai (Gout), penyakit ini biasanya menyerang mendadak pada manusia dan terjadi secara berulang. Dengan ditandainya perasaan nyeri pada tulang. Penyakit ini disebabkan terbentuknya endapan kristal monosodium glutamat urat yang berkumpul pada sendi. Penyebab lainnya karena tingginya kadar asam urat dalam darah.
7. Sarcoidosis, penyakit ini merupakan peradangan yang bermula dengan ditandai terbentuknya granuloma di kelenjar getah bening, paru-paru, hati, dan mata, kulit juga jaringan lainnya.
8. Nyeri Sendi Akibat Infeksi : infeksi tubuh bisa saja menyerang tulang jika Anda kurang kewaspadaan mengkonsumsi makanan
9. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau nama lainnya adalah lupus. Adalah penyakit anti imun, dimana sistem kekebalan tubuh yang fungsinya melindungi orang tersebut, akan berbalik menyerang tubuh dan melawan dirinya sendiri. Biasanya orang yang menderita lupus akan merasakan ngilu yang luar biasa pada tulang mereka. Penyakit ini belum diketahui obatnya dan sangat sulit difahami oleh beberapa dokter di dunia.
10. Kiposis adalah gangguan pada tulang belakang. Dimana Anda akan terlihat bungkuk karena tulang melengkung ke depan dan penderita akan terlihat bongkok.
11. Keseleo atau terkilir adalah gangguan yang terjadi pada sendi tulang sehingga menyebabkan tulang menjadi tidak bisa digerakkan atau terjadinya rasa sakit yang luar biasa pada sendi.
12. Osteoporosis, dimana akan menyebabkan tulang Anda menjadi rapuh, keropos dan mudah sekali patah. Penyakit ini menyerang orang yang sudah mempunyai umur lanjut.
13. Rakitis, akibat orang tidak mau mengkonsumsi sayur atau kekurangan vitamin D, tulang kaki akan menjadi bengkkok dengan berbentuk huruf O atau X
14. Mikrosefalus adalah penyakit kelainan pada pertumbuhan tulang terutama bagian tengkorak kepala. Jika mengalami kelainan ini, penderita akan terlihat lebih kecil dari manusia normal pada umumnya.
15. Skoliosis. Penderita yang mengalami penyakit ini mempunyai pertumbuhan tulang yang aneh. Tulang belakang penderita akan tumbuh melengkung ke samping kiri maupun kanan.
Macam penyakit tulang diatas sebetulnya dapat dicegah dengan mengkonsumsi kalsium yang seimbang, karena kalsium berguna sekali untuk kesehatan tulang. Selain itu rajinlah berolahraga dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
Dari berbagai sumber

Read more: http://doktersehat.com/kenali-jenis-jenis-penyakit-tulang/#ixzz3HAM76e39
thumbnail
Kenali Jenis-Jenis Penyakit pada Tulang           Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kola...

macam-macam/jenis-jenis penyakit kanker

Pengertian Kanker, Jenis – Jenis Kanker, serta Penyebab dan Cara Mencegah Kangker




Waspadai Bahaya Kanker

Pernah kah anda mendengar istilah kanker? atau mungkin malah ada keluarga / kerabat / teman anda yang mengidap penyakit satu ini ? Penyakit Kanker memang telah menjadi momok bagi siapa pun, khususnya di keluarga admin. Ayah admin meninggal dunia karena terserang kanker hati dan kakak perempuan adimn juga saat ini sedang mengidap Kanker payu d4r4, walaupun saat ini sudah membaik karena telah dilakukan oprasi dan semoga bisa lekas sembuh, amin..
Admin jadi tertarik untuk membahas penyakit yang satu ini, karena memang banyak sekali tetangga, kerabat, sodara dan teman admin yang terserang oleh Kanker. Dan juga kita sering mendengar banyak orang meninggal dunia akibat kanker di berbagai media masa maupun televisi. Admin jadi bertanya tanya, mengapa belakangan ini yang memang di era yang serba canggih dan maju kok malah kasus penyaki kanker terus meningkat ? apakah yang menyebabkan hal tersebut ? apakah karena zaman sekarang orang tidak memperhatikan gaya hidupnya atau kah apa ? nah dari pada penasaran berikut admin akan menguraikan informasi mengenai hal ini, khusunya mengenai bahaya dan cara pencegahan penyakit kanker. Tapi agar lebih jelas admin juga akan membahas apa itu kanker serta macam – macamnya. Berikut kita bahas :
Pengertian Kanker
Kanker adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat. (sumber : http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-kanker-cara-melawan-mencegah-penyakit-kanker-makanan-pemicu-penyebab-kanker.html )
Puru ayal atau Kanker atau neoplasma ganas  adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk:

  • Tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)
  • Menyerang jaringan biologis di dekatnya.
  • Bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.
( sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker )
Jenis – Jenis  / Macam – Macam Kanker dan Gejalanya

  • Kanker Otak
    Sakit kepala yang sangat pada pagi hari dan berkurang pada tengah hari, epilepsi, lemah, mati rasa pada lengan dan kaki, kesulitan berjalan, mengantuk, perubahan tidak normal pada penglihatan, perubahan pada kepribadian, perubahan pada ingatan, sulit bicara.
  • Kanker Mulut
    Terdapat sariawan pada mulut, lidah dan gusi yang tidak kunjung sembuh.
  • Kanker Tenggorokan
    Batuk terus menerus, suara serak atau parau.
  • Kanker Paru - Paru
    Batuk terus - menerus, dahak bercampur darah, rasa sakit di dada.
  • Kanker Payud4r4
    Adanya benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan bentuk, gatal - gatal, kemerahan, rasa sakit yang tidak berhubungan dengan menyusui atau menstruasi.
  • Kanker Saluran Pencernaan
    Adanya darah dalam kotoran yang ditandai dengan warna merah terang atau hitam, rasa tidak enak terus - menerus pada perut, benjolan pada perut, rasa sakit setelah makan, penurunan berat badan.
  • Kanker Rahim ( Uterus )
    Pendarahan diperiode - periode datang bulan, pengeluaran darah saat mens yang tidak seperti biasanya dan rasa sakit yang luar biasa.
  • Kanker Indung Telur ( Ovarium )
    Pada fase lanjut barulah muncul gejala.
  • Kanker Kolon
    Pendarahan pada rectum, ada darah pada kotoran, perubahan buang air besar (diare yang terus menerus atau sulit buang air besar).
  • Kanker Kandung Kemih atau Ginjal
    Ada darah pada air seni, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih.
  • Kanker Prostat
    Kencing tidak lancar, rasa sakit yang terus menerus pada pinggang belakang, penis dan paha atas.
  • Kanker Buah Zak4r / Test!s
    Adanya benjolan pada buah zakar, ukuran penampungan pada buah zakar yang membesar dan menebal secara mendadak, sakit pada perut bagian bawah, dada membesar atau melembek.
  • Limfoma
    Kelenjar getah bening membesar, kenyal seperti karet, gatal - gatal, berkeringat pada waktu tidur malam, demam atau penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Leukemia
    Pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, sering kena infeksi, mudah terluka, rasa sakit pada tulang dan persendian, mimisan.
  • Kanker Kulit
    Benjolan pada kulit yang menyerupai kutil (mengeras seperti tanduk), infeksi yang tidak sembuh - sembuh, bintik-bintik berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit berupa bercak-bercak.
  • Kanker Hati
    Penurunan berat badan, Hilang nafsu makan, Sakit pada area perut bagian atas, Mual dan muntah, Kelelahan dan lemah, Pembesaran hati, Bengkak pada area perut, Kulit dan bagian putih mata menguning
  • Komplikasi
    Komplikasi yang sering terjadi pada pasien kanker adalah infeksi yaitu pada pengidap kanker stadium lanjut. Infeksi terjadi akibat kekurangan protein dan zat gizi lainnya serta penekanan sistem imun yang sering terjadi setelah pengobatan konvensional.
( sumber : http://www.informasikita.com/20110613117/Kesehatan/sehat-atau-kanker.html )

Fakta Mengenai Penyakit Kanker
Kebanyakan kanker menyebabkan kematian. Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya bisa dihindari. Merokok dapat menyebabkan banyak kanker daripada faktor lingkungan lainnya. Tumor (bahasa Latin; pembengkakan) menunjuk massa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat berupa "ganas" (bersifat kanker) atau "jinak" (tidak bersifat kanker). Hanya tumor ganas yang mampu menyerang jaringan lainnya ataupun bermetastasis. Kanker dapat menyebar melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ lain.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara berkembang lainnya, kanker sekarang ini bertanggung jawab untuk sekitar 25% dari seluruh kematian. Dalam setahun, sekitar 0,5% dari populasi terdiagnosa kanker.
Pada pria dewasa di Amerika Serikat, kanker yang paling umum adalah kanker prostat (33% dari seluruh kasus kanker), kanker paru-paru (13%), kanker kolon dan rektum (10%), kanker kandung kemih (7%), dan "cutaneous melanoma (5%). Sebagai penyebab kematian kanker paru-paru adalah yang paling umum (31%), diikuti oleh kanker prostat (10%), kanker kolon dan rektum (10%), kanker pankreas (5%) dan leukemia (4%).
Untuk dewasa wanita di Amerika Serikat, kanker payudara adalah kanker yang paling umum (32% dari seluruh kasus kanker), diikuti oleh kanker paru-paru (12%), kanker kolon dan rektum (11%), kanker endometrium (6%, uterus) dan limfoma non-Hodgkin (4%). Berdasarkan kasus kematian, kanker paru-paru paling umum (27% dari kematian kanker), diikuti oleh kanker payudara (15%), kanker kolon dan rektum (10%), kanker indung telur (6%), dan kanker pankreas (6%).
Statistik dapat bervariasi besar di negara lainnya. Di Indonesia, kanker menjadi penyumbang kematian ketiga terbesar setelah penyakit jantung. Penyebab utama kanker di negara tersebut adalah pola hidup yang tidak sehat, seperti kurang olah raga, merokok, dan pola makan yang tak sehat. Pada tanaman, kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis jamur/ bakteri tertantu. Pola invasi kanker tanaman dan kaner pada manusia sangat berbeda. (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker )
Penyebab Kanker
Kanker terjadi saat gen-gen yang bertugas untuk mengatur pertumbuhan dan perbaikan sel berubah. Perubahan ini merupakan hasil dari interaksi antara faktor gen induk dengan agen eksternal yang dapat dikategorikan sebagai:

  • Karsinogen Fisik
    Seperti radiasi UV (UltraViolet) dan radiasi ionisasi
  • Karsinogen Kimiawi
    Seperti asbestos dan asap tembakau
  • Karsinogen Biologis
    Seperti infeksi akibat virus (Hepatitis B Virus dan Kanker Hati, Human Papilloma Virus (HPV) dan Kanker Serviks/Mulut Rahim) dan Bakteri (Helicobater Pylori dan Kanker Lambung) dan Parasit (Schistosomiasis dan Kanker Kandung Kemih). Kontaminasi makanan oleh Mikotoksin seperti Aflatoxin (produk dari Aspergillus Fungi) menyebabkan Kanker Hati.
  • Tembakau
    40% kanker dapat dicegah dengan memperhatikan asupan makanan, melakukan kegiatan fisik, serta tidak mengkonsumsi tembakau. Penggunaan tembakau adalah satu hal terbesar penyebab kanker di dunia, yang dapat dicegah. Penggunaan tembakau menyebabkan kanker paru-paru, tenggorokan, mulut, pankreas, ginjal, perut, kandung kemih dan tipe kanker lainnya; Perokok pasif dapat terkena kanker paru-paru juga. Penggunaan tembakau dinilai sebagai faktor resiko utama untuk kanker dan menyebabkan banyak variasi kanker seperti paru-paru, larinks, esofagus/kerongkongan, perut, kandung kemih, rongga mulut dan lain-lain
  • Diet dan Gaya Hidup
    Walaupun masih terdapat beberapa pertanyaan, ada bukti-bukti yang dapat dipercaya bahwa faktor asupan makanan juga dapat berkontribusi sebagai penyebab kanker. Hal ini berlaku pada obesitas sebagai penambah faktor resiko sekaligus komposisi makanan yang dimakan seperti kurangnya makan buah-buahan serta sayur-sayuran ditambah konsumsi garam yang terlalu tinggi. Kurangnya aktivitas fisik juga merupakan fakor resiko penyebab kanker. Ada bukti kuat bahwa penggunaan alkohol juga menyebabkan beberapa tipe kanker seperti kanker esofagus/kerongkongan, faring, laring, hati, dada dan lainnya.
(sumber : http://www.parkwaycancercentre.com/id/informasi-kanker/tentang-kanker/apa-penyebab-kanker/ )
Cara Pencegahan Penyakit Kanker

  • Memeriksa resiko karena keturunan
    Salah satu penyebab kanker berasal dari faktor keturunan. Jika ada orangtua atau saudara yang menderita kanker, sangat mungkin kanker juga menyerang anggota keluarga lainnya. Untuk itu mengetahui ada tidaknya anggota keluarga yang pernah terkena kanker sangat penting sebagai upaya mencegah kanker.
  • Menghindari makanan yang diasap dan dibakar
    Penyebab kanker lainnya adalah makanan yang diasap, dibakar, atau diasamkan. Contohnya seperti ikan asap atau makanan yang diacar. Makanan tersebut beresiko menimbulkan kanker. Oleh karena itu menghindari atau mengurangi frekuensi mengonsumsi makanan tersebut menjadi keharusan untuk mencegah kanker.
  • Menjauhi alkohol
    Sejak lama alkohol sudah sering disebut sebagai penyebab kanker. Untuk mencegah kanker, menghindari konsumsi alkohol merupakan langkah yang tepat.
  • Menghindari makanan dengan zat pewarna
    Banyak makanan saat ini dicampur dengan zat pewarna agar terlihat menarik. Padahal kandungan zat pewarna itu sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat memicu kanker. Untuk mencegah kanker, sebaiknya usahakan menghindari makanan yang menggunakan zat pewarna. Makanan yang menggunakan zat pewarna dapat diketahui dari warna makanan yang terlihat jauh lebih menarik dibandingkan warna aslinya.
  • Menghindari rokok
    Seperti alkohol, rokok juga menjadi sumber penyebab berbagai penyakit tak terkecuali untuk penyakit kanker. Meninggalkan kebiasaan merokok atau berupaya menjauh dari orang yang sedang merokok adalah upaya baik untuk mencegah kanker.
  • Menghindari makanan berlemak
    Lemak menyebabkan banyak masalah dalam tubuh. Termasuk sebagai pemicu kanker. Untuk mencegah kanker, hindarilah makanan-makanan berlemak tinggi.
  • Makan makanan kaya serat
    Buah-buahan dan sayuran merupakan makanan kaya serat. Memperbanyak konsumsi makanan tersebut sangat baik untuk mencegah kanker.
  • Rutin olahraga
    Berolahraga merupakan cara yang baik untuk mencegah kanker. Sebab saat berolahraga, lemak dalam tubuh akan terbakar dan mempercepat metabolisme. Hal itu akan mencegah terjadinya kanker. Tidak harus berupa olahraga berat. Olahraga ringan seperti jalan sehat atau lari pagi bisa membantu mencegah kanker.
  • Konsumsi vitamin A, C, dan E
    Vitamin A, vitamin C, dan vitamin E memiliki kandungan antioksidan yang sangat berguna untuk mencegah kanker.
  • Perilaku S3ks Sehat
    Tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks juga menjadi cara jitu mencegah kanker sebab timbulnya kanker juga dimungkinkan karena perilaku seksual yang tidak sehat.
(sumber : http://www.deherba.com/10-tips-jitu-mencegah-kanker.html )
Nah bagaimana kawan mengenai informasi yang berhasil admin rangkum dari berbagai sumber ? semoga bisa memberikan informasi kepada anda mengenai kanker dan tentu semoga dengan informasi yang admin sampaikan bisa membuat anda lebih waspada terhadap kanker.
sumber:  http://permathic.blogspot.com/2014/01/pengertian-kanker-jenis-jenis-kanker.html



Jenis Jenis Penyakit Kanker Yang Paling Mematikan

Macam-macam Penyakit Kanker. Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasi, 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005 dan 2015. Penyakit Kanker bisa diderita oleh siapa saja tanpa memandang usia, jenis kelamin dan status sosial.
Di Hari Kanker sedunia yang jatuh setiap tanggal 4 Februari, WHO mencatat bahwa hampir 80 persen kematian akibat kanker datang dari negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Bahkan, seperempat di antaranya terjadi sebelum usia 60 tahun.
Sebagian besar kasus kanker umumnya muncul karena kebiasaan dan pola hidup yang tidak sehat. Tetapi dengan memodifikasi gaya hidup, sebesar 30 persen risiko kanker bisa dicegah. Menyambut hari kanker sedunia, WHO mengumumkan 5 (lima) jenis kanker yang menempati peringkat teratas dengan jumlah kematian tertinggi:
Pesan Sponsor
  1. Kanker Payudara (460.000 kematian)
    Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Di Indonesia, kanker payudara masih menjadi penyakit mematikan nomor satu pada perempuan.
  2. Kanker Kolorektal (610.000 kematian)
    Kanker kolorektal bisa mulai tumbuh dari usus besar (kolon) atau rektum (ujung usus besar). Awalnya, hampir semua kanker kolorektal jinak (polip), namun lama kelamaan berkembang menjadi kanker. Kanker ini merupakan jenis kanker terbesar ketiga dunia dari segi jumlah penderitanya. Kanker kolorektal juga merupakan penyebab kematian nomor dua dua dunia, di mana faktor usia turut mempengaruhi.
  3. Kanker Hati (700.000 kematian)
    Dalam kebanyakan kasus, penyebab kanker hati disebabkan karena sirosis, yang merupakan hasil akhir dari kerusakan hati kronis yang disebabkan oleh penyakit hati kronis. Penyalahgunaan alkohol adalah penyebab paling umum dari sirosis hati.
  4. Kanker Perut (740.000 kematian)
    Beberapa jenis kanker diketahui dapat mempengaruhi lambung. Adenokarsinoma adalah tipe paling umum untuk kanker perut. Perkembangan kanker ini umumnya ditemukan pada lapisan lambung. Seiring berjalannya waktu, keberadaan kanker ini mulai meredup. Para ahli berpikir, penurunan ini mungkin dipicu karena perubahan gaya hidup seperti mengurangi asupan garam dan merokok.
  5. Kanker Paru-paru (1,4 juta kematian)
    Ini adalah jenis kanker paling mematikan baik bagi pria mau pun wanita. Setiap tahun, lebih banyak orang yang meninggal karena kanker paru-paru ketimbang kanker payudara, usus besar, dan kanker prostat (sekalipun ketiganya digabungkan). Merokok adalah penyebab utama kanker paru-paru. Semakin banyak rokok yang Anda hisap setiap hari dan semakin awal Anda mulai merokok, semakin besar risiko terkena kanker paru-paru. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa merokok dengan rendah kandungan tar dapat menurunkan risiko kanker paru.
sumber:  http://orb.web.id/jenis-jenis-penyakit-kanker-yang-paling-mematikan.html
thumbnail
Pengertian Kanker, Jenis – Jenis Kanker, serta Penyebab dan Cara Mencegah Kangker Waspadai Bahaya Kanker Pernah kah anda mend...

Macam-macam/jenis-jenis Penyakit Tulang

Macam-macam Penyakit Tulang

Macam-macam Penyakit Tulang
Macam-macam Penyakit Tulang. Peradangan, tumor, dan persendian adalah salah satu penyakit yang ada di tulang. Penyakit tulang, biasanya timbul dengan cara diam-diam tanpa diketahui penderitanya, sehingga penderita baru tau setelah penyakit tersebut parah. Penyakit tulang yang sering dijumpai saat ini adalah Osteoporosis atau tulang kropos yang dapat membuat tulang anda patah sehingga anda tidak bisa beraktivitas seperti mana biasanya.
  

Macam-macam Penyakit Tulang

  1. Osteoporosis
    Penyakit tulang rapuh yang disebabkan kekuatan tulang menurun sehingga rapuh dan mudah patah. Osteoporosis disebabkan oleh kurangnya kalsium pada tulang.
     
  2. Kiposis
    Gangguan pada tulang belakang, sehingga tulang belakang penderita melengkung ke depan dan muncul badan menjadi bongkok.
     
  3. Osteomalacia
    Tulang menjadi lunglai, penyakit tulang yang satu ini disebabkan oleh kekurangan vitamin D atau bisa disebabkan oleh metabolisme pada tubuh. Penyakit tulang osteomalacia sama seperti osteoporosis tulang akan mudah kropos dan patah.
     
  4. Rickets
    Penyakit rickets sering terjadi pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan kalsium di tulang atau akibat radiasi matahari.
     
  5. Ankilosis
    Gangguan pada persendian, sehingga sendi tidak bisa digerakkan dan dimana ujung-ujung antara tulang terasa bersatu. 
Tulang sangatlah berperan dalam organ tubuh, karena tulanglah pondok utama untuk bergerak, jadi jika sekarang anda belum mempunyai masalah pada tulang dan persendian, jagalah tubuh anda dengan sebaik mungkin

Sumber: http://kesehatan96.blogspot.com/2013/03/macam-macam-penyakit-tulang.html#ixzz3HAKn1qfQ
thumbnail
Macam-macam Penyakit Tulang Macam-macam Penyakit Tulang . Peradangan, tumor, dan persendian adalah salah satu penyakit yang ada di...

Demam Tifoid (Tifus), Manifestasi klinis dan Penatalaksanaan Terkini

Demam Tifoid (Tifus), Manifestasi klinis dan Penatalaksanaan Terkini

Penanganan Terkini Demam Tifoid (Tifus)


Demam tifoid, tifus atau typhoid adalah penyakit infeksi yang paling sering dicxemaskan bila saat seseor4ang menderita panas. memang setiap tifus selalu terjadi manifestasi demam tetapi tidak semua demam harus didiagnosis tifus, justru pneyebab paling sering demam adalah infeksi virus. Deteksi dan diagnosis tifus relatif tidak mudah karena pada awalnya manifestasi klinis penyakit ini tidak khas dan mirip berbagai penyakit lainnya. Apalagi pemeriksaan laboratorium yang sering dipakai saat ini tidak sensitif atau sering mengalami bias untuk mengenali tifus.
Demam tifoid, atau typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi.Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh tinja.
Demam tifoid, juga dikenal sebagai demam enterik, adalah penyakit multisistemik fatal terutama disebabkan oleh Salmonella typhi. Manifestasi protean demam tifoid membuat penyakit ini menjadi tantangan diagnostik benar. Presentasi klasik mencakup demam, malaise, sakit perut menyebar, dan sembelit. Tidak diobati, demam tifoid adalah penyakit melelahkan yang dapat berkembang menjadi delirium, obtundation, perdarahan usus, perforasi usus, dan kematian dalam waktu satu bulan onset. Korban dapat dibiarkan dengan komplikasi neuropsikiatri jangka panjang atau permanen.
S typhi telah menjadi patogen utama manusia selama ribuan tahun, berkembang dalam kondisi sanitasi yang buruk, kelebihan populasi, dan kekacauan sosial. Hal itu mungkin karena bertanggung jawab atas Wabah Besar Athena pada akhir Perang Pelopennesian. Typhi Nama S berasal dari typhos Yunani kuno, sebuah asap halus atau awan yang diyakini menyebabkan penyakit dan kegilaan. Pada tahap lanjutan dari demam tifoid, tingkat pasien kesadaran benar-benar mendung. Meskipun antibiotik telah nyata mengurangi frekuensi demam tipus di negara maju, tetap endemik di negara berkembang masih saja terjadi
Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu s. Typhi, s. Paratyphi A, dan S. Paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang lain. Demam yang disebabkan oleh s. Typhi cendrung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yng lain. Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makannan kering, agfen farmakeutika an bahan tinja.
Salmonella memiliki antigen somatik O dan antigen flagella HH. Antigen O adlah komponen lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas sedangkan antigen H adalah protein labil panas. Kuman ini dapat hidup lama di air yang kotor, makanan tercemar, dan alas tidur yang kotor. Siapa saja dan kapan saja dapat menderita penyakit ini. Termasuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena demam tifoid.  Lingkungan yang tidak bersih, yang terkontaminasi dengan Salmonella typhi merupakan penyebab paling sering timbulnya penyakit tifus. Kebiasaan tidak sehat seperti jajan sembarangan, tidak mencuci tangan menjadi penyebab terbanyak penyakit ini. Penyakit tifus cukup menular lewat air seni atau tinja penderita. Penularan juga dapat dilakukan binatang seperti lalat dan kecoa yang mengangkut bakteri ini dari tempat-tempat kotor.
Patogenesis
Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 7 sampai 14 hari. Manifestasi klinik pada anak umumnya bervariasi. Demam adalah gejala yang paling utama di antara semua gejala klinisnya. Pada minggu pertama, tidak ada gejala khas dari penyakit ini. Bahkan, gejalanya menyerupai penyakit infeksi akut lainnya. Gejala yang muncul antara lain demam, sering bengong atau tidur melulu, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau justru sembelit (sulit buang air besar) selama beberapa hari. Peningkatan suhu bertambah setiap hari. Setelah minggu kedua, gejala bertambah jelas. Demam yang dialami semakin tinggi, lidah kotor, bibir kering, kembung, penderita terlihat acuh tidak acuh, dan lain-lain.
S. typhi masuk ketubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus.  Setelah mencapai usus, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap oleh sel mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES, terjadilah bakteriemi II. Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan mediator-mediator. Lokal (patch of payer) terjadi hiperplasi, nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala panas, instabilitas vaskuler, inisiasi sistem beku darah, depresi sumsum tulang dll. Imunulogi. Humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi mencegah melekatnya salmonella pada mukosa usus. Humoral sistemik, diproduksi IgM dan IgG untuk memudahkan fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler berfungsi untuk membunuh Salmonalla intraseluler
Banyak orang yang tidak terlihat sakit tapi berpotensi menyebarkan penyakit tifus. Inilah yang disebut dengan pembawa penyakit tifus. Meski sudah dinyatakan sembuh, bukan tidak mungkin mantan penderita masih menyimpan bakteri tifus dalam tubuhnya. Bakteri bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sebagian bakteri penyebab tifus ada yang bersembunyi di kantong empedu. Bisa saja bakteri ini keluar dan bercampur dengan tinja. Bakteri ini dapat menyebar lewat air seni atau tinja penderita.
Epidemiologi
Sejak 1900, sanitasi yang baik dan pengobatan antibiotik yang sukses telah terus menurun kejadian demam tifoid di Amerika Serikat. Pada tahun 1920, 35.994 kasus demam tifoid yang dilaporkan. Pada tahun 2006, ada 314. Antara tahun 1999 dan 2006, 79% kasus demam tifoid terjadi pada pasien yang telah di luar negeri dalam 30 hari sebelumnya. Dua pertiga dari orang-orang ini baru saja berangkat dari anak benua India. The 3 wabah dikenal demam tifoid di Amerika Serikat yang ditelusuri ke makanan impor atau untuk penangan makanan dari daerah endemik. Hebatnya, hanya 17% kasus yang diperoleh di dalam negeri yang dilacak ke carrier .
Demam tifoid terjadi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang yang kondisi sanitasi buruk. Demam tifoid adalah endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia, dan Oceania, tetapi 80% kasus berasal dari Bangladesh, Cina, India, Indonesia, Laos, Nepal, Pakistan, atau Vietnam. Di negara-negara tersebut, tipus demam paling sering terjadi pada daerah tertinggal. Demam tifoid menginfeksi sekitar 21,6 juta orang atau angka kejadian 3,6 per 1.000 penduduk dan membunuh 200.000 orang setiap tahun.
Di Amerika Serikat, sebagian besar kasus demam tifoid terjadi pada wisatawan internasional. Insiden tahunan rata-rata demam tifoid per juta wisatawan dari 1999-2006 oleh daerah atau wilayah keberangkatan adalah sebagai berikut:  Kanada – 0, Belahan Barat di luar Kanada / Amerika Serikat – 1,3, Afrika – 7,6, Asia – 10,5, India – 89 (122 tahun 2006) atau Jumlah (untuk semua negara kecuali Kanada / Amerika Serikat) – 2,2
Dengan terapi antibiotik yang cepat dan tepat, demam tifoid adalah penyakit yang biasanya jangka pendek demam membutuhkan rata-rata 6 hari rawat inap. Diobati, ia memiliki beberapa gejala sisa jangka panjang dan risiko 0,2% dari kematian [17] demam tifoid yang tidak diobati adalah penyakit yang mengancam jiwa durasi beberapa minggu ‘dengan morbiditas jangka panjang sering melibatkan sistem saraf pusat.. Angka kematian di Amerika Serikat pada era pra-antibiotik adalah 9% -13%. Demam tifoid tidak memiliki predileksi rasial. Lima puluh empat persen kasus demam tifoid di Amerika Serikat dilaporkan antara 1999 dan 2006 pria yang sering mengalami. Kasus tipus yang paling banyak melibatkan anak usia sekolah dan dewasa muda. Namun, kejadian benar di antara anak yang sangat muda dan bayi dianggap lebih tinggi. Presentasi dalam kelompok usia mungkin atipikal, mulai dari penyakit demam ringan sampai kejang parah, dan infeksi S typhi mungkin tidak dikenali. Ini dapat menjelaskan laporan yang saling bertentangan dalam literatur bahwa kelompok ini memiliki baik tingkat yang sangat tinggi atau sangat rendah morbiditas dan mortalitas
Manifestasi klinis
Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
  1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari.
  2. Gejala gstrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi.
  3. Gejalah saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.
Berbagai tanda dan gejala yang bisa timbul  :
  • demam tinggi dari 39° sampai 40 °C (103° sampai 104 °F) yang meningkat secara perlahan
  • tubuh menggigil
  • denyut jantung lemah (bradycardia)
  • badan lemah (“weakness”)
  • sakit kepala
  • nyeri otot myalgia
  • kehilangan nafsu makan
  • konstipasi
  • sakit perut
  • pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda (“rose spots”)
Diagnosis Banding
  • Abdominal Abscess
  • Amebic Hepatic Abscesses
  • Appendicitis
  • Brucellosis
  • Dengue Fever
  • Influenza
  • Leishmaniasis
  • Malaria
  • Rickettsial diseases
  • Toxoplasmosis
  • Tuberculosis
  • Tularemia
  • Influenza
  • Malaria
  • Bronchitis
  • Sepsis
  • Broncho Pneumonia
  • I.S.K (Infeksi Saluran kencing)
  • Gastroenteritis (infeksi Saluran Cerna: muntah atau diare)
  • Keganasan : – Leukemia
  • Tuberculosa – Lymphoma
Diagnosis
  • Penegakan diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis yang diperkuat oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Sampai saat ini masih dilakukan berbagai penelitian yang menggunakan berbagai metode diagnostik untuk mendapatkan metode terbaik dalam usaha penatalaksanaan penderita demam tifoid secara menyeluruh
  • Berbagai metode diagnostik masih terus dikembangkan untuk mencari cara yang cepat, mudah dilakukan dan murah biayanya dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Hal ini penting untuk membantu usaha penatalaksanaan penderita secara menyeluruh yang juga meliputi penegakan diagnosis sedini mungkin dimana pemberian terapi yang sesuai secara dini akan dapat menurunkan ketidaknyamanan penderita, insidensi terjadinya komplikasi yang berat dan kematian serta memungkinkan usaha kontrol penyebaran penyakit melalui identifikasi karier.
  • Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : pemeriksaan darah tepi; pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; uji serologis; dan pemeriksaan kuman secara molekuler.
Identifikasi kuman melalui isolasi atau biakan Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses. Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi jumlah darah yang diambil; perbandingan volume darah dari media empedu; dan waktu pengambilan darah.
Identifikasi kuman melalui uji serologis
  • Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Volume darah yang diperlukan untuk uji serologis ini adalah 1-3 mL yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa antikoagulan.4 Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi : uji Widal; tes TUBEX®; metode enzyme immunoassay (EIA), metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA),dan pemeriksaan dipstik.
  • Metode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai penting dalam proses diagnostik demam tifoid. Akan tetapi masih didapatkan adanya variasi yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas pada deteksi antigen spesifik S. typhi oleh karena tergantung pada jenis antigen, jenis spesimen yang diperiksa, teknik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut, jenis antibodi yang digunakan dalam uji (poliklonal atau monoklonal) dan waktu pengambilan spesimen (stadium dini atau lanjut dalam perjalanan penyakit).
  • Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.
  • Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan digunakan dalam prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan. Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.
  • Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes TUBEX® ini, beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal.
  • Metode Enzyme Immunoassay Dot didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik IgM dan IgG terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM menunjukkan fase awal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap IgM dan IgG menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi. Pada daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang tinggi akan terjadi peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan antara kasus akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M® yang merupakan modifikasi dari metode Typhidot® telah dilakukan inaktivasi dari IgG total sehingga menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen terhadap Ig M spesifik.4
  • Uji dot EIA tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non-tifoid bila dibandingkan dengan Widal. Dengan demikian bila dibandingkan dengan uji Widal, sensitivitas uji dot EIA lebih tinggi oleh karena kultur positif yang bermakna tidak selalu diikuti dengan uji Widal positif.2,8 Dikatakan bahwa Typhidot-M® ini dapat menggantikan uji Widal bila digunakan bersama dengan kultur untuk mendapatkan diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.
  • Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang dengan penyakit demam lain, murah (karena menggunakan antigen dan membran nitroselulosa sedikit), tidak menggunakan alat yang khusus sehingga dapat digunakan secara luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas kesehatan sederhana dan belum tersedia sarana biakan kuman. Keuntungan lain adalah bahwa antigen pada membran lempengan nitroselulosa yang belum ditandai dan diblok dapat tetap stabil selama 6 bulan bila disimpan pada suhu 4°C dan bila hasil didapatkan dalam waktu 3 jam setelah penerimaan serum pasien.
  • Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap antigen flagella d (Hd) dan antibodi terhadap antigen Vi S. typhi. Uji ELISA yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen klinis adalah double antibody sandwich ELISA. Pemeriksaan terhadap antigen Vi urine ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan, terutama bila dilakukan pada minggu pertama sesudah panas timbul, namun juga perlu diperhitungkan adanya nilai positif juga pada kasus dengan Brucellosis.
  • Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi dengan menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen kontrol. Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium yang lengkap. Uji ini terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan dapat diandalkan dan mungkin lebih besar manfaatnya pada penderita yang menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana penggunaan antibiotika tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas.
  • Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.
  • Kendala yang sering dihadapi pada penggunaan metode PCR ini meliputi risiko kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi bila prosedur teknis tidak dilakukan secara cermat, adanya bahan-bahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses PCR (hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah serta bilirubin dan garam empedu dalam spesimen feses), biaya yang cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit. Usaha untuk melacak DNA dari spesimen klinis masih belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini penggunaannya masih terbatas dalam laboratorium penelitian.
Tes Widal yang tidak akurat sumber kesalahan diagnosis
  • Di Indonesia pemeriksaan widal sebagai pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis tifus paling sering digunakan. Meskipun ternyata pemeriksaan ini sering menimbulkan kerancuan dan mengakibatkan kesalahan diagnosis. Dalam penelitian penulis didapatkan infeksi virus yang sering menjadi penyebab demam pada anak dan orang dewasa ternyata juga terjadi peningkatan hasil widal yang tinggi pada minggu pertama.
  • Interpretasi dari uji Widal ini harus memperhatikan beberapa faktor antara lain sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); faktor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.9,13
  • Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda infeksi). Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia, manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari standar titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan peningkatan titer antibodi O dan H pada anak-anak sehat.
  • Dalam penelitian kecil yang dilakukan terhadap 29 anak didapatkan hasil widal yang tinggi pada hari ke tiga hingga ke lima antara 1/320 hingga 1/1280. Setelah dilakukan follow up dalam waktu demam pada minggu ke dua hasil widal tersebut menurun bahkan sebagian kasus menjadi negatif. Padahal seharusnya pada penderita tifus nilai widal tersebut seharusnya semakin meningkat pada minggu ke dua. Dalam follow up pada minggu ke dua ternyata hasil nilai widal menghilang atau jauh menurun. Padahal seharusnya akan pada penderita tifus seharusnya malahan semakin meningkat. Karakteristik penderita adalah usia 8 bulan hingga 5 tahun, dengan rata-rata usia 2,6 tahun. Jenis kelamin laki-laki 41% dan perempuan 59%. Semua penderita menunjukkan hasil kultur darah gall degatif dan semua penderita tidak diberikan antibiotika dan mengalami self limiting disease atau penyembuhan sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab infeksi pada kasus tersebut adalah infeksi virus.
  • Yang menarik dalam kasus tersebut 10 penderita (34%) sebelumnya mengalami diagnosis penyakit tifus sebanyak 2-4 kali dalam setahun. Sebagian besar penderita atau sekitar 89% pada kelompok ini adalah kelompok anak yang sering mengalami infeksi berulang saluran napas. Dan sebagian besar lainnya atau sekitar 86% adalah penderita alergi. Penelitian lain yang dilakukan penulis pada 44 kasus penderita demam beradarah, didapatkan 12 (27%) anak didapatkan hasil widal O berkisar antara 240-360 dan 15 (34%) anak didapatkan hasil widal O 1/120. Semua penderita tersebut menunjukkan hasil kultar darah gall negatif dan tidak diberikan terapi antibiotika membaik.
  • Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada infeksi virus pada penderita tertentu terutama penderita alergi dapat meningkatkan nilai Widal. Banyak penderita alergi pada anak yang mengalami peningkatan hasil widal dalam saat mengalami infeksi virus tampak menarik untuk dilakukan penelitian lebih jauh. Diduga mekanisme hipersensitif atau proses auto imun yang sering terganggu pada penderita alergi dapat ikut meningkatkan hasil widal. Dengan adanya penemuan awal tersebut tampaknya sangat berlawanan dengan pendapat yang banyak dianut sekarang bahwa peningkatan hasil widal terjadi karena Indonesia merupakan daerah endemis tifus. Fenomena ini perlu dilakukan penelitian lebih jauh khusus dalam hal biomolekuler dan imunopatofisiologi.
  • Banyak akibat atau konsekuensi nyang ditimbulkan bila terjadi ”overdiagnosis tifus”. Pertama penderita harus mengkonsumsi antibiotika jangka panjang padahal infeksi yang terjadi adalah infeksi virus. Konsekuensi lain yang diterima adalah penderita seringkali harus dilakukan rawat inap di rumah sakit. Hal lain yang terjadi seringkali penderita seperti ini mengalami diagnosis tifus berulang kali. Semua kondisi tersebut diatas akhirnya berakibat peningkatan biaya berobat yang sangat besar padahal seharusnya tidak terjadi. Belum lagi akbat efek samping pemberian obat antibiotika jangka panjang yang seharusnya tidak diberikan.

Penanganan

  • Pasien tanpa komplikasi dapat diobati secara rawat jalan. Mereka harus disarankan untuk menggunakan teknik mencuci tangan yang ketat dan untuk menghindari menyiapkan makanan untuk orang lain selama sakit. Rawat pasien harus ditempatkan di isolasi kontak selama fase akut infeksi. Tinja dan urine harus dibuang secara aman.
  • Pengobatan penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit terdiri dari pengobatan suportif melipu+ti istirahat dan diet, medikamentosa, terapi penyulit (tergantung penyulit yang terjadi). Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurag lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
  • Diet dan terapi penunjuang dilakukan dengan pertama, pasien diberikan bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga perlu diberikan vitamin dan mineral untuk mendukung keadaan umum pasien.
  • Pada penderita penyakit tifus yang berat, disarankan menjalani perawatan di rumah sakit. Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit tifus. Waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan.
  • Tifus dapat berakibat fatal. Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam tipoid di negara-negara barat. Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.  Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol , diber ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari.
  • Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
  • Bila tak terawat, demam tifoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin untuk demam tifoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan ke wilayah penyakit ini biasanya berjangkit (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin).
  • Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kg BB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus
  • Pembedahan biasanya dilakukan dalam kasus perforasi usus. Kebanyakan ahli bedah lebih suka sederhana penutupan perforasi dengan drainase peritoneum. Kecil usus reseksi diindikasikan untuk pasien dengan perforasi ganda.
  • Jika pengobatan antibiotik gagal untuk membasmi kereta hepatobiliary, kandung empedu harus direseksi. Kolesistektomi tidak selalu berhasil dalam memberantas carrier karena infeksi hati yang terus ada.
  • Para peneliti dalam laporan Kamerun bahwa senyawa yang berasal dari biji Turraeanthus africanus, sebuah obat tradisional Afrika untuk demam tifoid, aktif terhadap S typhi secara in vitro. Tim meneliti sedang mengembangkan untuk menciptakan tambahan untuk  efektifitas antimikroba.

Rekomendasi Antibiotik sesuai negara dan severitasnya

Negara Severitas First-Line Antibiotik Second-Line Antibiotik
South Asia, East Asia Uncomplicated Cefixime PO Azithromycin PO
Complicated Ceftriaxone IV or
Cefotaxime IV
Aztreonam IV or
Imipenem IV
Eastern Europe, Middle East, sub-Saharan Africa, South America Uncomplicated Ciprofloxacin PO or
Ofloxacin PO
Cefixime PO or
Amoxicillin PO or
TMP-SMZ PO
or Azithromycin PO
Complicated Ciprofloxacin IV or
Ofloxacin IV
Ceftriaxone IV or
Cefotaxime IV or
Ampicillin IV
or
TMP-SMZ IV
Unknown geographic origin or Southeast Asia Uncomplicated Cefixime PO plus
Ciprofloxacin PO or
Ofloxacin PO
Azithromycin PO*
Complicated Ceftriaxone IV or
Cefotaxime IV, plus
Ciprofloxacin IV or
Ofloxacin IV
Aztreonam IV or
Imipenem IV, plus
Ciprofloxacin IV
or
Ofloxacin IV
Kombinasi dari azitromisin dan fluoroquinolones tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan perpanjangan QT dan relatif kontraindikasi.
  • Kloramfenikol (Chloromycetin) Mengikat 50S ribosomal subunit-bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis protein. Efektif terhadap bakteri gram negatif dan gram positif. Sejak diperkenalkan pada 1948, telah terbukti sangat efektif untuk seluruh dunia demam enterik. Untuk strain sensitif, masih paling banyak digunakan antibiotik untuk mengobati demam tifoid. Pada tahun 1960, S typh i strain dengan plasmid-mediated resistensi terhadap kloramfenikol mulai muncul dan kemudian menjadi tersebar luas di negara-negara endemik di Amerika dan Asia Tenggara, menyoroti kebutuhan untuk agen alternatif.
    Menghasilkan peningkatan yang cepat dalam kondisi umum pasien, diikuti oleh penurunan suhu badan sampai yg normal dalam 3-5 d. Mengurangi preantibiotic era fatalitas kasus tarif dari 10% -15% menjadi -4% 1%. Cures sekitar 90% pasien. Diperintah PO kecuali pasien adalah diare atau mengalami mual, dalam kasus tersebut, IV rute harus digunakan pada awalnya. IM rute harus dihindari karena dapat menyebabkan darah tidak memuaskan, menunda penurunan suhu badan sampai yg normal.
  • Amoksisilin (Trimox, Amoxil, Biomox) Mengganggu sintesis dinding sel mucopeptides selama multiplikasi aktif, sehingga aktivitas bakterisidal terhadap bakteri rentan. Setidaknya seefektif kloramfenikol dalam percepatan penurunan suhu badan sampai yg normal dan tingkat kambuh. Kereta pemulihan lebih jarang terjadi dibandingkan dengan agen lain ketika organisme sepenuhnya rentan. Biasanya diberikan PO dengan dosis harian 75-100 mg / kg tid selama 14 d.
  • Trimetoprim dan sulfametoksazol (Bactrim DS, Septra) Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam dihydrofolic. Aktivitas antibakteri TMP-SMZ termasuk patogen saluran kemih biasa, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Sama efektifnya dengan kloramfenikol dalam penurunan suhu badan sampai yg normal dan tingkat kambuh. Trimetoprim sendiri telah efektif dalam kelompok kecil pasien.
  • Ciprofloxacin (Cipro) Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonad, streptokokus, MRSA, Staphylococcus epidermidis, dan sebagian gram negatif organisme namun tidak ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan, akibatnya, pertumbuhan. Teruskan pengobatan untuk minimal 2 d (7-14 d khas) setelah tanda dan gejala hilang. Terbukti sangat efektif untuk tifoid dan demam paratifoid. Penurunan suhu badan sampai yg normal terjadi pada 3-5 d, dan kereta sembuh dan kambuh jarang terjadi. Kuinolon lain (misalnya, ofloksasin, norfloksasin, pefloxacin) biasanya efektif. Jika muntah atau diare hadir, harus diberikan IV. Fluoroquinolones sangat efektif terhadap strain multiresisten dan memiliki aktivitas antibakteri intraseluler.
    Tidak direkomendasikan untuk digunakan pada anak-anak dan wanita hamil karena potensi diamati untuk menyebabkan kerusakan tulang rawan pada hewan berkembang. Namun, arthropathy belum dilaporkan pada anak-anak setelah penggunaan asam nalidiksat (sebuah kuinolon sebelumnya dikenal untuk menghasilkan kerusakan sendi yang sama pada hewan muda) atau pada anak dengan fibrosis kistik, meskipun dosis tinggi pengobatan.
  • Sefotaksim (Claforan) Penangkapan dinding sel bakteri sintesis, yang menghambat pertumbuhan bakteri. Generasi ketiga sefalosporin dengan spektrum gram negatif. Lebih rendah efikasi terhadap organisme gram positif. Sangat baik dalam kegiatan vitro terhadap S typhi dan salmonella lain dan memiliki khasiat yang dapat diterima pada demam tifoid. Hanya IV formulasi yang tersedia. Baru-baru munculnya negeri diperoleh ceftriaxone tahan infeksi Salmonella telah dijelaskan.
  • Azitromisin (Zithromax) Dapat diberikan pada infeksi mikroba ringan sampai sedang. DPemberian  PO 10 mg / kg / hari (tidak melebihi 500 mg), tampaknya efektif untuk mengobati demam tipus tanpa komplikasi pada anak 4-17 tahun . Konfirmasi hasil ini bisa memberikan alternatif bagi pengobatan demam tifoid pada anak di negara berkembang, di mana sumber daya medis yang langka.
  • Ceftriaxone (Rocephin) Generasi ketiga sefalosporin dengan spektrum luas gram negatif aktivitas terhadap organisme gram positif; Bagus aktivitas in vitro terhadap S typhi dan salmonella lainnya.
  • Cefoperazone (Cefobid) Dihentikan di Amerika Serikat. Generasi ketiga sefalosporin dengan spektrum gram negatif. Lebih rendah efikasi terhadap organisme gram positif.
  • Ofloksasin (Floxin) Suatu asam turunan piridin karboksilat dengan spektrum luas efek bakterisidal.
  • Levofloksasin (Levaquin) Untuk infeksi pseudomonas dan infeksi karena resistan terhadap organisme gram negatif.
  • Kortikosteroid Deksametason dapat mengurangi kemungkinan kematian pada kasus demam tifoid berat rumit oleh delirium, obtundation, stupor, koma, atau syok jika bakteri meningitis telah definitif dikesampingkan oleh penelitian cairan cerebrospinal. Untuk saat ini, percobaan yang paling sistematis ini telah menjadi studi terkontrol secara acak pada pasien berusia 3-56 tahun dengan demam tifoid berat yang menerima terapi kloramfenikol. Penelitian ini membandingkan hasil pada 18 pasien diberikan plasebo dengan hasil pada 20 pasien diberikan deksametason 3 mg / kg IV selama 30 menit diikuti dengan deksametason 1 mg / kg setiap 6 jam selama 8 dosis. Tingkat kematian pada kelompok deksametason adalah 10% dibandingkan 55,6% pada kelompok plasebo (P = .003) [52].
    Meskipun demikian, hal ini masih diperdebatkan. Sebuah pernyataan 2003, WHO mendukung penggunaan steroid seperti dijelaskan di atas, tapi review oleh penulis terkemuka dalam New England Journal of Medicine (2002) [6] dan British Medical Journal (2006) tidak mengacu pada steroid sama sekali. Sebuah uji coba 1991 dibandingkan pasien yang diobati dengan 12 dosis deksametason 400 mg atau 100 mg sampai kohort retrospektif di antaranya steroid tidak diberikan. Percobaan ini tidak menemukan perbedaan hasil antara kelompok-kelompok. [54]
    Data adalah jarang, tetapi penulis artikel ini setuju dengan WHO deksametason yang harus digunakan dalam kasus-kasus demam tifoid berat.
  • Deksametason (Decadron) Pemberian dosis tinggi deksametason mengurangi mortalitas pada pasien dengan demam tifoid berat tanpa meningkatnya insiden komplikasi, menyatakan pembawa, atau kambuh antara korban.
Komplikasi :
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di dalam :
  1. Komplikasi intestinal
    • Perdarahan usus
    • Perforasi usus
    • Ileus paralitik
  2. Komplikasi ekstraintetstinal
    • Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
    • Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.
    • Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.
    • Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
    • Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
    • Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.
    • Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
Pada anak-anaka dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum, bila perawatan pasien kurang sempurna.
Pencegahan
  • Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman/makanan. (Darmowandowo, 2006)
  • Vaksinasi tifoid sangat dianjurkan untuk mencegah penyakit. Apalagi jika si kecil terkenal doyan jajan. Juga, anak balita yang sudah pandai �nenangga�, atau yang belum bisa cebok dengan benar. Vaksinasi harus diperkuat setiap 3 tahun. Ini karena setelah kurun waktu itu, kekebalan terhadap penyakit tifus akan berkurang. Umumnya, seusai divaksinasi, tubuh akan kebal, atau kalupun terkena maka penyakit yang menyerang tidak sampai membahayakan anak
  • Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah vaksin yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi. Yang kedua adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan secara oral. Pemberian vaksin tifoid secara rutin tidak direkomendasikan, vaksin tifoid hanta direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke tempat-tempat yang demam tifoid sering terjadi, orang yang kontak dengan penderita karier tifoid dan pekerja laboratorium.
  • Vaksin tifoid yang diinaktivasi (per injeksi) tidak boleh diberikan kepada anak-anak kurang dari dua tahun. Satu dosis sudah menyediakan proteksi, oleh karena itu haruslah diberikan sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum bepergian supaya memberikan waktu kepada vaksin untuk bekerja. Dosis ulangan diperlukan setiap dua tahun untuk orang-orang yang memiliki resiko terjangkit.
  • Vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) tidak boleh diberikan kepada anak-anak kurang dari 6 tahun. Empat dosis yang diberikan dua hari secara terpisah diperlukan untuk proteksi. Dosis terakhir harus diberikan sekurang-kurangnya satu minggu sebelum bepergian supaya memberikan waktu kepada vaksin untuk bekerja. Dosis ulangan diperlukan setiap 5 tahun untuk orang-orang yang masih memiliki resiko terjangkit.
  • Ada beberapa orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid atau harus menunggu. Yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid diinaktivasi (per injeksi) adalah orang yang memiliki reaksi yang berbahaya saat diberi dosis vaksin sebelumnya, maka ia tidak boleh mendapatkan vaksin dengan dosis lainnya. Orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) adalah : orang yang mengalami reaksi berbahaya saat diberi vaksin sebelumnya maka tidak boleh mendapatkan dosis lainnya, orang yang memiliki sistem imunitas yang lemah maka tidak boleh mendapatkan vaksin ini, mereka hanya boleh mendapatkan vaksin tifoid yang diinaktifasi, diantara mereka adalah penderita HIV/AIDS atau penyakit lain yang menyerang sistem imunitas, orang yang sedang mengalami pengobatan dengan obat-obatan yang mempengaruhi sistem imunitas tubuh semisal steroid selama 2 minggu atau lebih, penderita kanker dan orang yang mendapatkan perawatan kanker dengan sinar X atau obat-obatan. Vaksin tifoid oral tidak boleh diberikan dalam waktu 24 jam bersamaan dengan pemberian antibiotik.
  • Suatu vaksin, sebagaimana obat-obatan lainnya, bisa menyebabkan problem serius seperti reaksi alergi yang parah. Resiko suatu vaksin yang menyebabkan bahaya serius atau kematian sangatlah jarang terjadi. Problem serius dari kedua jenis vaksin tifoid sangatlah jarang. Pada vaksin tifoid yang diinaktivasi, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah : demam (sekitar 1 orang per 100), sakit kepada (sekitar 3 orang per 100) kemerahan atau pembengkakan pada lokasi injeksi (sekitar 7 orang per 100). Pada vaksin tifoid yang dilemahkan, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah demam atau sakit kepada (5 orang per 100), perut tidak enak, mual, muntah-muntah atau ruam-ruam (jarang terjadi).
Daftar pustaka
  • Diagnosis of typhoid fever. In : Background document : The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. World Health Organization, 2003;7-18.
  • Parry CM. Typhoid fever. N Engl J Med 2002;347(22):1770-82.
  • Pang T. Typhoid Fever : A Continuing Problem. Dalam : Pang T, Koh CL, Puthucheary SD, Eds. Typhoid Fever : Strategies for the 90’s. Singapore : World Scientific, 1992:1-2.
  • Hoffman SL. Typhoid Fever. In : Strickland GT, Ed. Hunter’s Textbook of Pediatrics, edition7. Philadelphia : WB Saunders, 1991:344-58.
  • Kalra SP, Naithani N, Mehta SR, Swamy AJ. Current trends in the management of typhoid fever. MJAFI 2003;59:130-5. Lim PL, Tam FCH, Cheong YM, Jegathesan M. One-step 2-minute test to detect typhoid-specific antibodies based on particle separation in tubes. J Clin Microbiol 1998;36(8):2271-8.
  • Parry CM, Hien TT, Dougan G, et al. Typhoid fever. N Engl J Med. Nov 28 2002;347(22):1770-82.
  • Ramsden AE, Mota LJ, Münter S, Shorte SL, Holden DW. The SPI-2 type III secretion system restricts motility of Salmonella-containing vacuoles. Cell Microbiol. Oct 2007;9(10):2517-29.
  • Gotuzzo E, Frisancho O, Sanchez J, Liendo G, Carrillo C, Black RE, et al. Association between the acquired immunodeficiency syndrome and infection with Salmonella typhi or Salmonella paratyphi in an endemic typhoid area. Arch Intern Med. Feb 1991;151(2):381-2.
  • Manfredi R, Chiodo F. Salmonella typhi disease in HIV-infected patients: case reports and literature review. Infez Med. 1999;7(1):49-53.
  • Gordon MA, Graham SM, Walsh AL, Wilson L, Phiri A, Molyneux E, et al. Epidemics of invasive Salmonella enterica serovar enteritidis and S. enterica Serovar typhimurium infection associated with multidrug resistance among adults and children in Malawi. Clin Infect Dis. Apr 1 2008;46(7):963-9.
  • Monack DM, Mueller A, Falkow S. Persistent bacterial infections: the interface of the pathogen and the host immune system. Nat Rev Microbiol. Sep 2004;2(9):747-65.
  • Ali S, Vollaard AM, Widjaja S, Surjadi C, van de Vosse E, van Dissel JT. PARK2/PACRG polymorphisms and susceptibility to typhoid and paratyphoid fever. Clin Exp Immunol. Jun 2006;144(3):425-31.
  • van de Vosse E, Ali S, de Visser AW, Surjadi C, Widjaja S, Vollaard AM, et al. Susceptibility to typhoid fever is associated with a polymorphism in the cystic fibrosis transmembrane conductance regulator (CFTR). Hum Genet. Oct 2005;118(1):138-40.
  • Poolman EM, Galvani AP. Evaluating candidate agents of selective pressure for cystic fibrosis. J R Soc Interface. Feb 22 2007;4(12):91-8.
  • Ram PK, Naheed A, Brooks WA, Hossain MA, Mintz ED, Breiman RF. Risk factors for typhoid fever in a slum in Dhaka, Bangladesh. Epidemiol Infect. Apr 2007;135(3):458-65.
  • Dutta TK, Beeresha, Ghotekar LH. Atypical manifestations of typhoid fever. J Postgrad Med. Oct-Dec 2001;47(4):248-51.
  • Lynch MF, Blanton EM, Bulens S, Polyak C, Vojdani J, Stevenson J. Typhoid fever in the United States, 1999-2006. JAMA. Aug 26 2009;302(8):859-65.
  • Chau TT, Campbell JI, Galindo CM, Van Minh Hoang N, Diep TS, Nga TT, et al. Antimicrobial drug resistance of Salmonella enterica serovar typhi in asia and molecular mechanism of reduced susceptibility to the fluoroquinolones. Antimicrob Agents Chemother. Dec 2007;51(12):4315-23.
  • Crump JA, Luby SP, Mintz ED. The global burden of typhoid fever. Bull World Health Organ. May 2004;82(5):346-53.
  • Crump JA, Ram PK, Gupta SK, Miller MA, Mintz ED. Part I. Analysis of data gaps pertaining to Salmonella enterica serotype Typhi infections in low and medium human development index countries, 1984-2005. Epidemiol Infect. Apr 2008;136(4):436-48.
  • Mulligan TO. Typhoid fever in young children. Br Med J. Dec 11 1971;4(5788):665-7.
  • Rahaman MM, Jamiul AK. Rose spots in shigellosis caused by Shigella dysenteriae type 1 infection. Br Med J. Oct 29 1977;2(6095):1123-4
  • Cunha BA. Malaria or typhoid fever: a diagnostic dilemma?. Am J Med. Dec 2005;118(12):1442-3; author reply 1443-4.
  • Woodward TE, Smadel JE. Management of typhoid fever and its complications. Ann Intern Med. Jan 1964;60:144-57.
  • Hermans P, Gerard M, van Laethem Y, et al. Pancreatic disturbances and typhoid fever. Scand J Infect Dis. 1991;23(2):201-5.
  • Butler T, Islam A, Kabir I, et al. Patterns of morbidity and mortality in typhoid fever dependent on age and gender: review of 552 hospitalized patients with diarrhea. Rev Infect Dis. Jan-Feb 1991;13(1):85-90.
  • Butler T, Knight J, Nath SK, et al. Typhoid fever complicated by intestinal perforation: a persisting fatal disease requiring surgical management. Rev Infect Dis. Mar-Apr 1985;7(2):244-56.
  • Crum NF. Current trends in typhoid Fever. Curr Gastroenterol Rep. Aug 2003;5(4):279-86.
  • Huang DB, DuPont HL. Problem pathogens: extra-intestinal complications of Salmonella enterica serotype Typhi infection. Lancet Infect Dis. Jun 2005;5(6):341-8.
  • Hatta M, Goris MG. Simple dipstick assay for the detection of Salmonella typhi-specific IgM antibodies and the evolution of the immune response in patients with typhoid fever. Am J Trop Med Hyg 2002;66(4):416-21.
  • Pang T. Molecular biology as a diagnostic tool in Salmonellosis. Dalam : Sarasombath S, Senawong S, Eds. Second Asia-Pacific symposium on typhoid fever and other Salmonellosis. Thailand : SEAMEO Regional Tropical Medicine and Public Health Network, 1995:213-6.
  • Massi MN, Shirakawa T, Gotoh A, Bishnu A, Hatta M, Kawabata M. Rapid diagnosis of typhoid fever by PCR assay using one pair of primers from flagellin gene of Salmonella typhi. J Infect Chemother 2003;9(3):233-7
sumber:  http://growupclinic.com/2012/02/17/demam-tifoid-tifus-manifestasi-klinis-dan-penanganannya/
thumbnail
Demam Tifoid (Tifus), Manifestasi klinis dan Penatalaksanaan Terkini Penanganan Terkini Demam Tifoid (Tifus) Demam ti...

macam-macam/jenis-jenis penyakit pada anak

100 Penyakit Pada Anak Yang Harus Diwaspadai




sumber:  http://growupclinic.com/2012/05/19/100-penyakit-pada-anak-yang-harus-diwaspadai/
thumbnail
100 Penyakit Pada Anak Yang Harus Diwaspadai Inilah 100 Penyakit Pada Anak Yang Harus Diwaspadai Demam Tifoid (Tifus), Manifest...
 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
http://simbolonbermanhot.blogspot.com @Van Bolon - Published by Bamz